Tjah MbelGetDesZs's Blog

welcome to our blog

We are Magcro

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Saturday, September 10, 2011

Fenomena UN di kalangan Madrasah Salafiyyah


FENOMENAUNUN atau Ujian Nasional adalah suatu test tertulis yang diadakan pemerintah pusat untuk menilai pantas lulus atau tidaknya seorang siswa. Standar Kelulusan UN antara satu daerah dengan daerah lainnya dibuat sama, itulah sebabnya mengapa momen UN menjadi momok menakutkan bagi para siswa didaerah terpencil yang cenderung pendidikannya kurang maksimal baik secara teknis maupun non-teknis. Bandingkan saja dengan para siswa didaerah perkotaan, biasanya mereka memperoleh pendidikan secara maksimal sehingga mereka siap mengikuti UN tersebut.
Diselenggarakannya UN mungkin saja dikarenakan pemerintah merasa bahwa taraf pendidikan di Indonesia sudah memenuhi standar yang sama disemua daerah. Namun nyatanya masih banyak sekolah yang sudah tak layak huni dan kekurangan staf-staf pengajar yang handal. Hal ini yang mengakibatkan ketidak setaraan antara pendidikan dikota dan didaerah-daerah terpencil. Masalah-masalah inilah yang harus dapat diatasi oleh pemerintah, agar pemerintah tak seolah-olah hanya mengutamakan pendidikan orang-orang kota dan menomor duakan pendidikan orang-orang didaerah-daerah terpencil.
Sebenarnya sistem UN seperti ini dapat meningkatkan semangat belajar para siswa didaerah-daerah terpencil karena siswa-siswa tersebut dituntut agar dapat lulus dengan Standar Kelulusan yang telah ditentukan oleh pemerintah yang notabennya semua sama antara satu daerah dengan daerah ainnya, sehingga mereka terpacu untuk lebih giat lagi dalam belajar agar dapat lulus UN tersebut. Namun sistem UN seperti ini juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi para siswa yang belum mumpuni dengan Standar Kelulusan tersebut atau dengan kata lain “TIDAK LULUS”. Siswa-siswa tersebut bisa saja stress dan lebih bahayanya lagi apabila hingga bunuh diri, seperti yang banyak terjadi pada tahun-tahun yang lalu.
Begitu juga pengaruh UN di Madrasah-Madrasah Salafiyyah, yang mana Madrasah-Madrasah tersebut lebih mengutamakan pelajaran salafnya sebagai identitas Madrasah tersebut. Seperti halnya Madrasah Qudsiyyah kita ini yang lebih mengedepankan pendidikan salafnya, seperti Nahwu, Shorof, Tauhid, Fiqih, Bahasa Arab, dan sebagainya. Sekarang dituntut untuk mengikuti UN yang semua mata pelajarannya adalah pelajaran umum. Sehingga pihak Madrasah pun mau tidak mau harus mencari cara agar santrinya dapat lulus dengan nilai yang memuaskan dan tentunya harus secara jujur. Akhirnya pihak Madrasah menambah jam pelajaran khusus untuk mapel UN tersebut agar dapat mengejar Standar Kelulusan yang telah ditentukan. Para santri juga dituntut untuk menambah jam belajarnya untuk mapel-mapel UN tersebut, sehingga tak jarang ada santri yang lebih mengutamakan pelajaran  umum dibandingkan dengan pelajaran salafnya. Inilah hal kecil yang mengakibatkan ciri khas Madrasah Qudsiyyah luntur sedikit demi sedikit.
Madrasah Qudsiyyah yang mempunyai ciri khas sekolah yang berbasis Salafiyyah. Yang santrinya dikenal pandai muthola’ah kitab salaf dan cakap berbahasa Arab. Sekarang tak jarang kita menemukan santri yang tidak dapat muthola’ah kitab salaf, tak jarang pula kita menemui santri yang tak bisa berbahasa Arab malah mereka cakap sekali berbahasa Inggris. Jika dilihat dari luar memang terlihat seakan-akan santri Qudsiyyah yang dulunya hanya cakap berbahasa Arab sekarang cakap pula berbahasa Inggris. Padahal sebenarnya mereka hanya cakap berbahasa Inggris semata. Bila hal semacam ini tak segera diatasi mungkin tak lama lagi kita akan sulit menemukan santri Qudsiyyah  yang pandai berbahasa Arab.
Nah maka dari itu, kita sebagai santri Qudsiyyah harus dapat menyeimbangkan antara pelajaran salaf dan pelajaran umum agar ciri khas Madrasah Qudsiyyah sebagai Madrasah berbasis Salafiyyah tidak hilang dan Madrasah Qudsiyyah ikut ambil bagian dalam pelaksanaan UN sekaligus menunjukkan bahwa santri Qudsiyyah juga mampu bersaing dengan sekolah umum lainnya sehingga Qudsiyyah tetap eksis di masyarakat. Sekarang tantangannya adalah “Apakah kita dapat mewujudkan semua hal tersebut?”.
                        

No comments:

Post a Comment

Comments

The Visitors says